wanitaindonesia.co – Semua orang tua tentu ingin melindungi anaknya. Orang tua juga rela melakukan banyak hal untuk anaknya. Akan tetapi, perhatikan apakah perlindungan yang Anda berikan justru membuat Anda menjadi orang tua overprotective? Sebab, orang tua overprotective dimulai dari orang tua yang selalu cemas tentang apakah ia sudah melindungi anaknya dengan baik.
Apa buruknya dengan melindungi anak? Tentu saja tidak ada yang buruk, kita semua melakukannya dan selalu ingin melakukannya sebisa mungkin, bukan? Akan tetapi, ketika sudah menjadi over atau berlebihan, maka di situlah masalahnya. Overprotective justru dapat menghambat kemampuan anak untuk berkembang.
Pamela Li, penulis Turning Tantrums into Triumphs mengatakan bahwa orang tua overprotective terobsesi dengan keselamatan anak-anak mereka dan tingkat perlindungan yang mereka berikan melebihi tingkat risiko yang mungkin terjadi.
Tak hanya keselamatan fisik, orang tua overprotective juga disibukkan menjaga kesehatan emosional mereka. “Dengan membantu mereka menghilangkan semua rintangan dan meredam pukulan kehidupan sehari-hari,” ujar Pamela.
Orang tua overprotective seperti menempatkan anak mereka di dalam stoples kaca yang benar-benar harus dijaga agar jangan sampai pecah dan isinya tumpah.
Lalu sebetulnya seperti apa ciri yang membedakan antara orang tua yang berupaya melindungi anaknya secara positif dengan orang tua yang overprotective? Berikut ini Parenting Indonesia merangkum Apryl Duncan, penulis yang fokus pada parenting di Verywell Family:
1. Serba Mengatur
Orang tua yang overprotective adalah mereka yang selalu mengatur atau mengontrol semua kehidupan untuk anaknya, bahkan sampai hal kecil sekalipun. Mereka berkuasa penuh untuk mengatur semua aspek kehiudpan anak, misalnya saja memilihkan les bakat dan minat serta ekstrakurikuler untuk anak, mengatur jadwal anak dari bangun hingga tidur. Itu semua dilakukan tanpa memberikan kesempatan bagi anak untuk memilih sendiri dan mendengarkan pendapat anak.
2. Melindungi Anak dari Kegagalan
Memang benar bahwa tidak ada orang tua yang ingin anaknya gagal. Akan tetapi, kegagalan justru membuat kita belajar. Orang tua yang overprotective berusaha keras memastikan anak-anak mereka untuk tidak gagal.
Misalnya, mereka bukan hanya mendampingi anaknya untuk giat berlatih, akan tetapi juga memastikan memiliki relasi yang baik dengan pelatih atau bahkan panitia penyelenggara kompetisi agar anaknya tidak sampai gagal.
3. Membebaskan Anak-anak dari Tanggung Jawab
Orang tua yang overprotective tidak akan mengizinkan anaknya merasa kelelahan atau kesulitan. Jika itu terjadi, mereka akan berpikir bahwa mereka orang tua yang tidak baik.
Oleh karenanya, mereka tidak pernah memberikan anak-anak tugas yang berisi tanggung jawab seperti membereskan sendiri kamar dan mainannya atau mencuci piring makannya sendiri. Padahal, tanggung jawab adalah pelajaran yang sangat penting mengenai kemandirian bagi anak.
4. Terlalu Banyak Memberi Hadiah
Hati orang tua yang overprotective akan hancur begitu melihat anaknya marah, kecewa, atau sedih. Bagi mereka, itu adalah sebuah kegagalan dalam melindungi anaknya.
Oleh karenanya, sebagai keinginan untuk memperbaiki perasaan terluka anaknya, biasanya orang tua akan memberikan hadiah yang berlebihan. Mereka memanjakan anaknya untuk membuat mereka merasa lebih baik. Sayangnya, hal ini tidak akan mengajarkan anak-anak untuk mengenali emosinya sendiri serta bagaimana menenangkan diri. Ada lagi beberapa alasan lain untuk Hindari Memanjakan Anak dengan Hadiah.
5. Memilihkan Teman untuk Anak
Orang tua yang overprotective bahkan tidak yakin tentang teman anak-anaknya. Mereka ikut campur memilihkan teman untuk anak, sekalipun awalnya dia bukanlah orang yang dekat dengan anaknya.
Mereka memperkenalkan dan mungkin selalu punya acara untuk mendekatkan pilihannya pada anak mereka hanya karena menurut mereka ini adalah pilihan yang baik. Bahkan, bila perlu, mereka akan selalu menekankan pada anaknya bahwa orang tuanya sendirilah satu-satunya teman baiknya dan tidak akan ada teman sebaik orang tuanya. Padahal, Jangan Salah, Orang Tua Bukan Best Friend Anak.
6. Terus Mengingatkan Anak tentang Bahaya
Menjaga anak tetap aman memang menjadi prioritas orang tua. Akan tetapi, orang tua overprotective melakukannya dengan cara menakuti anak setengah mati dengan setiap hal kecil. Misalnya saja menakuti anak yang lebih kecil untuk ke kamar mandi sendiri karena khawatir mereka terpeleset. Menakuti anak untuk tidur sendiri atau bahkan menakuti anak untuk mengobrol dengan orang lain.
Orang tua yang overprotective akan terus menerus mengeluarkan kata “Jangan!”, “Berhenti!”, atau “No!”. Terlalu banyak melarang adalah satu dari 4 Penghambat Kemandirian Balita
Sekalipun orang tua berpikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah demi kebaikan anak, akan tetapi semua yang didengar anak Anda adalah hal-hal yang negatif.
7. Memilihkan Minat Anak
Setiap anak memiliki karakter yang unik. Mereka juga memiliki minat masing-masing. Sayangnya, orang tua overprotective akan memilihkan minat anaknya tanpa memperhatikan minat alami anaknya. Mereka memilihkan minat yang menurut mereka lebih punya prospek bagi anak untuk berkembang.
Misalnya saja, seorang anak punya minat catur, sementara orang tuanya memaksa mereka untuk memilih les piano karena merasa bahwa catur tidak akan membuat anaknya berhasil.
8. Sering Memata-matai
Sebagai orang tua, kita tentu ingin memastikan bahwa anak kita baik-baik saja. Sayangnya, overprotective membuat orang tua selalu gelisah ketika anak-anak tidak terlihat di depan maranya. Sehingga, mereka selalu menjadi wali murid yang sedikit-sedikit menelepon guru di sekolah untuk memastikan kondisi anaknya. Mereka juga tak segan membaca buku diari anak untuk mengetahui apakah anaknya sedang mengalami masalah.
Alangkah lebih baik bila anak-anak hidup bebas tanpa terpenjara di dalam stoples kaca. Mereka memang perlu diperkenalkan dengan realita kehidupan yang memungkinkan mereka mengalami atau merasakan hal negatif. Itu semua tidak akan menghancurkan anak. Justru, pengalaman itulah yang akan membangun anak.