Jumat 20 Juni 2025
Wanita Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • WARTA
  • WISATA
  • TEKNOLOGI
  • GAYA HIDUP
  • TIPS
  • PARENTING
  • WANITA HEBAT
  • RESEP
  • INDEX
No Result
View All Result
Wanita Indonesia
  • HOME
  • WARTA
  • WISATA
  • TEKNOLOGI
  • GAYA HIDUP
  • TIPS
  • PARENTING
  • WANITA HEBAT
  • RESEP
  • INDEX
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Morning News
Home GAYA HIDUP

Konstruksi Patriarki Adalah Ujung Pangkal Superioritas Laki-laki

redaksi by redaksi
Oktober 2, 2021
0
Konstruksi Patriarki Adalah Ujung Pangkal Superioritas Laki-laki

READ ALSO

Didepan 300 Mahasiswa, Unilever Indonesia : Tolerance is Key

Di Mommy and Me 2022 Ada Stroller Magicfold dan Bonikka !

wanitaindonesia.co – Standar terhadap laki-laki yang harus memenuhi sisi maskulinitas dan tidak boleh bersikap feminim, sebetulnya datang dari sistem masyarakat patriarki. Jadi, konstruksi patriarki ini merupakan ujung pangkal superioritas laki-laki

“Jika memang laki-laki harus selalu menggunakan logika dan tampil maskulin untuk membuktikan superioritasnya, maka ketika laki-laki lebih mengutamakan perasaan dan sisi feminin, masih layakkah dipandang sebagai makhluk yang superior?” (Akhmad Idris)

Sepenggal kalimat dalam esai berjudul “Mendekonstruksi Superioritas Pria dalam Karya Sastra” dalam Buletin Jejak Literasi No. 15, menarik untuk dikaji kembali. Esai itu berupaya menyorot gugatan saya, atas kebenaran tunggal terkait laki-laki sebagai figur perkasa atau maskulin, sedangkan perempuan digambarkan berperasaan atau feminin. Singkatnya, laki-laki dianggap berada di posisi superior, sedangkan perempuan berada di posisi inferior.

Namun, alih-alih membongkar persoalan struktural langgengnya patriarki hingga konstruksi gender yang timpang. Esai Akhmad Idris justru terjebak dalam perdebatan superior dan inferior laki-laki dan perempuan, yang mencoba dipertukarkan. Seolah laki-laki yang mengutamakan perasaan, akan begitu saja lolos dari sederet masalah sistematis yang acapkali menempatkan perempuan sebagai kalangan “nomor dua’.

Separuh perjalanan membaca esai ini, seolah tak tampak ada yang bermasalah. Namun, saat sudah tiba di akhir esai, kritik Akhmad Idris justru tampak sebagai hal yang salah sasaran. Sebab, arah yang dibawakannya bukan mengkritik kebudayaan atau masyarakat yang membentuk dua dikotomi antara superioritas dan inferioritas itu sendiri, melainkan justru kritik itu ia layangkan terhadap kaum feminis—yang disebutnya dengan “dalam sastra feminis”—sebagai kelompok yang kerap mendengungkan isu oposisi biner (maskulin dan feminin) dalam karya-karya mereka.

Dia seolah-olah mengatakan, “Hei, tidak selamanya kaum laki-laki tampil gagah sebagai sang superior. Justru perempuanlah, yang tampaknya, bisa menyandang sisi itu dengan upaya-upaya feminis yang dilancarkan selama ini.”

Langgengnya Toksik Maskulinitas

Standar terhadap laki-laki yang harus memenuhi sisi maskulinitas dan tidak boleh bersikap feminim, sebetulnya datang dari sistem masyarakat patriarki. Situasi ini, nantinya akan memunculkan toksik maskulinitas (toxic masculinity). Istilah ini muncul dari seorang psikolog bernama Shepherd Bliss pada tahun 1990. Ia berpendapat, istilah ini ada untuk memisahkan nilai positif dan negatif dari laki-laki.

Adapun pendapat lain dari seorang aktor dan aktivis kesetaraan gender, Ross-Williams menyebut bahwa Toxic Masculinity ada dari manifestasi konstruksi sosial dari masyarakat patriarki yang mengharuskan laki-laki untuk bertindak dominan dan agresif agar mendapat rasa hormat.

Kalau kita menilik lebih jauh cerpen karya Kuntowijoyo yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga”, yang menjadi acuan dari esai Akhmad Idris tersebut, tanda-tanda dari praktik Toxic Masculinity ini jelas adanya. Sebutlah, saat ayah dari karakter si tokoh ‘aku’ mendapati anaknya menggenggam sebuah bunga di tangannya dan berkata, “Laki-laki tidak perlu bunga, buyung. Kalau kau perempuan, bolehlah. Tetapi engkau laki-laki!”

Atau dari kalimat, “Engkau laki-laki. Engkau seorang laki-laki. Engkau mesti bekerja. Engkau bukan iblis atau malaikat buyung. Ayo, timba air banyak-banyak. Cuci tanganmu untuk kotor kembali oleh kerja, tahu!”

Dua petikan dialog itu, mengesankan watak si ayah yang memang mengamini kontruksi patriarkis terhadap figur laki-laki. Ia sama sekali menolak kecenderungan anaknya yang tak suka bekerja kasar, kotor, atau melakukan sesuatu yang diidentikkan dengan aktivitas yang menunjukkan keperkasaan laki-laki. Figur si ayah jelas tak mentoleransi sisi feminin anaknya yang justru menyukai ketenangan dan kelembutan yang tergambarkan dalam kecintaannya pada keindahan bunga-bunga.

Di mata si ayah, apa yang ditampilkan oleh anaknya bukanlah jati diri seorang lelaki sejati. Dan, pada saat si ayah memaksakan kehendaknya untuk membentuk figur perkasa seperti yang diyakininya terhadap anaknya, praktik Toxic Masculinity bekerja dalam hubungan antara ayah dan anak lelaki tersebut.

Oleh sebab itu, yang bermasalah di sini adalah konstruksi sosial masyarakat yang masih melanggengkan nilai-nilai patriarkis dan menjadikan praktik semacam Toxic Masculinity masih terjadi di dalamnya. Bahwa ketika seorang laki-laki lebih cenderung menunjukkan sisi feminim pun tidak lantas membuatnya berada dalam sisi inferior, seperti yang dipertanyakan Akhmad Idris di akhir esainya. Bisa saja, perkara superior dan inferior itu akan mengabur tatkala di sekitarnya pun masih terdapat praktik ketidakadilan gender terhadap kaum perempuan.

Kita bisa membayangkan, saat si laki-laki tadi bebas menunjukkan ke mana arah sisi dominan yang membuatnya nyaman, dan dia berada di lingkungan yang sepenuhnya mendukung segala bentuk pilihannya; sementara di sisi lain ada perempuan yang dengan gagah berani pula memperjuangkan hak-haknya tetapi terjegal lingkungan, aturan, dan orang-orang yang tak mendukungnya.

Lantas, masih perlukah kita bicara soal konstruksi antara superior dan inferior? Fokus kita tidak ke sana, sebab ada yang perlu lebih diperhatikan, yakni konstruksi sosial dari masyarakatnya itu sendiri, yang masih patriarkis.

Tags: diskriminasigenderpatriarki

Related Posts

Didepan 300 Mahasiswa, Unilever Indonesia : Tolerance is Key
GAYA HIDUP

Didepan 300 Mahasiswa, Unilever Indonesia : Tolerance is Key

Juli 2, 2022
Di Mommy and Me 2022 Ada Stroller Magicfold dan Bonikka !
GAYA HIDUP

Di Mommy and Me 2022 Ada Stroller Magicfold dan Bonikka !

Juli 2, 2022
Mommy N Me Dibuka hari ini
GAYA HIDUP

Mommy N Me Dibuka hari ini

Juli 2, 2022
Cara Gampang Mengungkapkan Perasaan Kepada Wanita Yang Kamu Sukai
GAYA HIDUP

Cara Gampang Mengungkapkan Perasaan Kepada Wanita Yang Kamu Sukai

Juli 2, 2022
Tanda Wanita Yang Memendam Perasaan Cinta
GAYA HIDUP

Tanda Wanita Yang Memendam Perasaan Cinta

Juli 2, 2022
Hal Yang Membuat Hati Wanita Menjadi Sakit Hati
GAYA HIDUP

Hal Yang Membuat Hati Wanita Menjadi Sakit Hati

Juli 2, 2022
Next Post
Masyarakat yang Terhormat, Bolehkah Saya Memakai Burka atau Bikini?

Masyarakat yang Terhormat, Bolehkah Saya Memakai Burka atau Bikini?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

POPULAR NEWS

Apakah Ada Khasiat Mandi Bersama Anak

Apakah Ada Khasiat Mandi Bersama Anak

Desember 23, 2021
Resep Makanan Dimusim Hujan Agar Badan Hangat

Tips Makanan Mencegah Penuaan Diri Diusia Tua

April 27, 2022

Why the next 10 years of hot songs will smash the last 10

Desember 19, 2015
Deretan Idol K-Pop Siap Comeback di Bulan September

Deretan Idol K-Pop Siap Comeback di Bulan September

September 7, 2021
Pilihan Aplikasi Karaoke Terbaik yang Mampu Bikin Kamu Rileks

Pilihan Aplikasi Karaoke Terbaik yang Mampu Bikin Kamu Rileks

Oktober 20, 2021

EDITOR'S PICK

Cara Memakai Hijab Segi Empat Untuk Aktivitas Sehari-hari

Cara Memakai Hijab Segi Empat Untuk Aktivitas Sehari-hari

Mei 31, 2022
Asa Pada Komunitas Pembatik Cilik

Asa Pada Komunitas Pembatik Cilik

Februari 24, 2022
Resep Bubur Ayam Kuning, Sarapan Yang Akan Menemani Pagi Mu

Resep Bubur Ayam Kuning, Sarapan Yang Akan Menemani Pagi Mu

Desember 4, 2021
Sumber Kalsium Tak Hanya Susu, Dapatkan Juga dari 5 Sayuran Ini

Berapa Banyak Air Putih Yang Harus Kita Minum Setiap Hari?

September 23, 2021
Wanita Indonesia

@ 2022 WANITAINDONESIA.CO

Menu

  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • HOME
  • WARTA
  • WISATA
  • TEKNOLOGI
  • GAYA HIDUP
  • TIPS
  • PARENTING
  • WANITA HEBAT
  • RESEP
  • INDEX

@ 2022 WANITAINDONESIA.CO