Sabtu 21 Juni 2025
Wanita Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • WARTA
  • WISATA
  • TEKNOLOGI
  • GAYA HIDUP
  • TIPS
  • PARENTING
  • WANITA HEBAT
  • RESEP
  • INDEX
No Result
View All Result
Wanita Indonesia
  • HOME
  • WARTA
  • WISATA
  • TEKNOLOGI
  • GAYA HIDUP
  • TIPS
  • PARENTING
  • WANITA HEBAT
  • RESEP
  • INDEX
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Morning News
Home GAYA HIDUP

Teror Akademik Membungkam Wacana Gender dan Seksualitas di Kampus

redaksi by redaksi
September 20, 2021
0
Teror Akademik Membungkam Wacana Gender dan Seksualitas Di Kampus

READ ALSO

Didepan 300 Mahasiswa, Unilever Indonesia : Tolerance is Key

Di Mommy and Me 2022 Ada Stroller Magicfold dan Bonikka !

wanitaindonesia.co – Sebuah webinar untuk mengenal transgender di Universitas Airlangga (Unair), di Jawa Timur, batal terjadi karena alasan satu dan lain hal. Pembatalan atau pembatasan diskusi kampus tentang isu transgender dengan alasan sumir atau moral ini kerap terjadi di Indonesia

Agustus lalu, sebuah webinar untuk mengenal transgender di Universitas Airlangga (Unair), di Jawa Timur, batal terjadi.

Panitia penyelenggara, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair, mengumumkan pembatalan acara pada hari H karena “satu dan lain hal.”

Pembatalan atau pembatasan diskusi kampus tentang isu LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) dengan alasan sumir atau moral kerap terjadi di Indonesia.

Barangkali salah satu yang paling menonjol adalah pembatalan diskusi dengan pembicara Irshad Manji – penulis buku “Allah, Liberty and Love: Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan” – di Universitas Gadjah Mada (UGM) oleh rektor “demi keamanan bersama” pada 2012.

Kasus serupa pernah terjadi di Semarang dan Malang pada 2015, serta di Jakarta pada 2016.

Pada 2016, pihak Universitas Indonesia (UI) melarang diskusi oleh Support Group & Resource Center on Sexuality (SGRC) – sebuah kelompok mahasiswa UI – dan berujung pada peristiwa “kepanikan moral LGBT”. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi ketika itu, Mohamad Nasir menyatakan bahwa perguruan tinggi adalah penjaga moral yang sebaiknya menegakkan standar “nilai dan kesusilaan” sehingga LGBT sebaiknya tidak masuk kampus atau berkegiatan di kampus.

Sejak itu, banyak kegiatan diskusi bertema LGBT di kampus (seperti di Institut Teknologi Bandung dan UGM) dibubarkan.

Pembungkaman atas isu LGBT di kampus sudah berlangsung lama, paling tidak sejak era Orde Baru, dan sayangnya terus terjadi hingga kini. Namun, perlawanan tidak berhenti.

Pembatasan dan pelarangan di kampus

 

Institusi pendidikan tinggi, terutama mulai era pemerintahan Soeharto, acap kali membatasi kebebasan akademik dalam pewacanaan beberapa isu tertentu.

Isu-isu ini termasuk soal demokrasi dan hak asasi manusia, Marxisme-Leninisme dan pikiran-pikiran Soekarno, golongan etnis Tionghoa, dan Partai Komunis Indonesia.

Lalu muncul sikap tabu untuk membicarakan topik-topik yang dianggap “kritis” dan “sensitif”.

Gender dan seksualitas, apalagi yang beragam seperti LGBTQI+, termasuk dalam topik-topik tabu ini.

Penabuan ini muncul dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah larangan menulis topik “LGBT” sebagai tugas akhir, misalnya.

Seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta bersaksi tentang bagaimana seorang dosen mengatakan bahwa “kalau bikin skripsi topiknya jangan tentang bencong-bencong, ya!”.

Dalam sebuah percakapan dengan salah satu penulis, seorang kandidat doktor diwanti-wanti kampus tempatnya bekerja – sebuah universitas swasta di Yogyakarta – agar “tidak menulis tentang kajian LGBT”.

Sikap serupa terjadi pada staf pengajar. Kami menemukan di beberapa universitas di Jawa Timur bahwa dosen-dosen yang berafiliasi dengan organisasi “LGBTIQ+” atau diduga memiliki orientasi seksual berbeda tidak ditingkatkan secara jabatan atau secara halus disingkirkan, sehingga akhirnya keluar.

Ada seorang dosen yang tidak diberikan mata kuliah untuk mengajar di semester berikutnya. Ia mengatakan pada kami, “Aku tidak tahu, tiba-tiba aku menemukan bahwa namaku tidak ada di daftar mata kuliah semester mendatang. Waktu kutanyakan, jawabannya tidak pernah jelas”.

Tak berbeda dengan perilaku diktator sebelum Reformasi, berbagai pelarangan dan pembatasan seperti ini tidak pernah ada jejak tertulisnya. Kadang pengajar diharuskan menandatangani pernyataan tidak akan menuntut dan menyampaikan perilaku diskriminatif pemimpin kampus itu kepada media.

Tidak hanya staf pengajar yang mendapat diskriminasi. Sejak 2016, Universitas Andalas di Sumatera Barat dan Universitas Negeri Gorontalo memberlakukan peraturan khusus untuk menyaring mahasiswa yang diduga LGBT bahkan mengancam menghentikan beasiswa.

Otoritas kampus terkait menyatakan bahwa selain tidak ingin berurusan dengan hal-hal yang sensitif, penabuan yang berujung pada pembatasan dan pelarangan didasarkan pada adat ketimuran dan dasar negara yang berketuhanan.

Namun, sesungguhnya hal ini merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang menuju ke arah konservatif dengan berbagai propaganda.

Ini menunjukkan bahwa kampus sejak era Soeharto tidak memiliki kemerdekaan akademik seutuhnya, meski jargon “kampus merdeka” kini menggelegar di mana-mana.

Kondisi ini merupakan sistem warisan Orde Baru (dan pasca Orde Baru) yang tidak hanya represif dan militeristik tapi juga patriarkis, religius, dan homofobik.

Alih-alih memberikan pengetahuan mengenai keragaman gender dan seksual di masyarakat, negara lebih mengedepankan maskulinitas dalam kebijakan nasional.


Melawan dengan pengetahuan (di bawah tanah)

 

Negara nyaris tidak pernah hadir dalam membangun pengetahuan mengenai seksualitas.

Demikian pula kampus lebih banyak bergerak menjadi pemasok tenaga kerja bagi industri, pejabat, dan “kaki tangan” rezim.

Kita perlu menyikapi situasi dengan serius mengingat kampus pada saat ini memiliki kecenderungan melakukan riset dan kurikulum yang bergerak pada pemenuhan pasar dan sektor industri (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia)), bukan pada kemanusiaan.

Pun upaya “membungkam” pengetahuan seksualitas berdatangan dari berbagai pihak.

Selain institusi pendidikan yang cenderung konservatif (yang memunculkan Aliansi Cinta Keluarga (AILA)), ormas Islam(is) seperti Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, Gerakan Pemuda Kabah, Front Jihad Islam, dan Majelis Ulama Indonesia punya andil dalam pembungkaman tersebut. Ada kalanya pimpinan perguruan tinggi tunduk kepada tuntutan mereka karena kekhawatiran keamanan atau perhitungan politik.

Meski demikian, akademisi institusi pendidikan, kelompok studi, dan lembaga swadaya masyarakat di luar kampus tetap berupaya melakukan memperkenalkan, membahas, dan memperkaya pengetahuan tentang seksualitas dalam berbagai cara; misalnya, dengan menyamarkan acara sebagai retret atau buka puasa bersama – ini dilakukan bahkan sejak Orde Baru.

Beberapa akademisi dan institusi tetap konsisten membela kebebasan akademik meski pun mengalami banyak hambatan seperti FISIP dan Fakultas Ilmu Budaya Unair di Surabaya; Pusat Studi Gender & Seksualitas Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Filsafat Teologi di Jakarta; Universitas Kristen Duta Wacana, FISIP Universitas Atma Jaya, dan Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta; dan masih ada lagi.

Pengembangan riset dan produksi ilmu pengetahuan tentang gender dan seksualitas akhirnya dilakukan – kadang dengan gerilya – oleh berbagai organisasi non-pemerintah yang juga melakukan advokasi terhadap individu LGBTQI+.

Beberapa di antara mereka adalah GAYa NUSANTARA, Ardhanary Institut, Suara Kita, GWL-INA dan Arus Pelangi, juga oleh sekutu-sekutu seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk), Youth Interfaith Forum on Sexuality (YIFoS), dan Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBHM).

Walau berusaha dibungkam, namun civitas akademika tidak lantas diam. Pergerakan memang dibatasi, tapi perlawanan tidak berhenti.

Tags: gender

Related Posts

Didepan 300 Mahasiswa, Unilever Indonesia : Tolerance is Key
GAYA HIDUP

Didepan 300 Mahasiswa, Unilever Indonesia : Tolerance is Key

Juli 2, 2022
Di Mommy and Me 2022 Ada Stroller Magicfold dan Bonikka !
GAYA HIDUP

Di Mommy and Me 2022 Ada Stroller Magicfold dan Bonikka !

Juli 2, 2022
Mommy N Me Dibuka hari ini
GAYA HIDUP

Mommy N Me Dibuka hari ini

Juli 2, 2022
Cara Gampang Mengungkapkan Perasaan Kepada Wanita Yang Kamu Sukai
GAYA HIDUP

Cara Gampang Mengungkapkan Perasaan Kepada Wanita Yang Kamu Sukai

Juli 2, 2022
Tanda Wanita Yang Memendam Perasaan Cinta
GAYA HIDUP

Tanda Wanita Yang Memendam Perasaan Cinta

Juli 2, 2022
Hal Yang Membuat Hati Wanita Menjadi Sakit Hati
GAYA HIDUP

Hal Yang Membuat Hati Wanita Menjadi Sakit Hati

Juli 2, 2022
Next Post
Masakan Sayur Berkuah

Masakan Sayur Berkuah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

POPULAR NEWS

Apakah Ada Khasiat Mandi Bersama Anak

Apakah Ada Khasiat Mandi Bersama Anak

Desember 23, 2021
Resep Makanan Dimusim Hujan Agar Badan Hangat

Tips Makanan Mencegah Penuaan Diri Diusia Tua

April 27, 2022

Why the next 10 years of hot songs will smash the last 10

Desember 19, 2015
Deretan Idol K-Pop Siap Comeback di Bulan September

Deretan Idol K-Pop Siap Comeback di Bulan September

September 7, 2021
Pilihan Aplikasi Karaoke Terbaik yang Mampu Bikin Kamu Rileks

Pilihan Aplikasi Karaoke Terbaik yang Mampu Bikin Kamu Rileks

Oktober 20, 2021

EDITOR'S PICK

Pembicaraan Yang Membuat Hancur Hubungan

Pembicaraan Yang Membuat Hancur Hubungan

Juni 29, 2022
Agenda Hotel  Peringatan Earth Hour

Agenda Hotel Peringatan Earth Hour

Maret 30, 2022
Bingung Liburan Mau Kemana? Mending Ke Gili Trawangan

Bingung Liburan Mau Kemana? Mending Ke Gili Trawangan

Juni 12, 2022

Levi’s® Gandeng Penyanyi dan Penulis Lagu Khalid Gelar Music Project Lintas Batas Dunia

November 10, 2021
Wanita Indonesia

@ 2022 WANITAINDONESIA.CO

Menu

  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • HOME
  • WARTA
  • WISATA
  • TEKNOLOGI
  • GAYA HIDUP
  • TIPS
  • PARENTING
  • WANITA HEBAT
  • RESEP
  • INDEX

@ 2022 WANITAINDONESIA.CO