wanitaindonesia.co – Anak-anak yang menjadi korban kekerasan atau pelecehan seksual bisa sangat rentan mengalami trauma. Hal ini bisa berkepanjangan dan memengaruhi masa depannya jika tidak ditangani segera secara benar.
Tindak kejahatan seksual itu kerap kali berlangsung lama, perlu waktu untuk akhirnya terbongkar. Menurut psikolog Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, yang akrab disapa Bunda Romy, anak-anak itu merasakan hal tidak nyaman, namun mereka belum tentu bisa mengungkapkan dengan jelas apa yg dirasakan. Biasanya, mereka sudah diintai cukup lama, dan perlakuan-perlakuan tidak baik terhadap dirinya itu pun sudah lama.
Mungkin ini tidak pernah ada dalam mimpi terburuk Anda sekalipun. Tapi, bila anak mengalami pelecehan atau bahkan hingga tindak kekerasan seksual, apa yang bisa Anda lakukan?
1. Pulihkan dulu fisiknya. Menurut Bunda Romy, karena sakit fisik itu yang paling dirasakan anak. “Yang penting fisiknya diobati dulu, karena anak dalam kondisi tidak nyaman terutama fisiknya. Kalau hatinya (mentalnya), itu dengan berjalannya waktu bisa dilakukan terapi-terapi tertentu. Memang, belum ada penelitian yang mengungkap anak akan bisa melupakan masa-masa gelapnya. Dia bisa dibantu untuk menjalani kehidupannya lagi, hidup normal hingga dewasa, namun dia tidak akan bisa melupakan rasa yang tidak nyaman yang terjadi saat kanak-kanak,” kata Bunda Romy.
2. Buat kehidupannya senatural mungkin. Bantu anak melewati masa-masa itu sampai dia bisa melanjutkan hidup dan bisa tumbuh dan berkembang sesuai usianya. Saran Bunda Romy, dekati anak senatural mungkin, Anda tidak perlu terlalu ‘parno’ atau makin ‘overprotective’, membatasi anak tidak boleh bertemu orang dll. Jangan membuat anak malah mengalami ketakutan dan kekhawatiran, bukan karena kejadian pelecehan itu, tetapi karena lingkungan tidak mendukungnya. Anak tetap harus berkembang kemampuan sosialisasinya.
3. Berdialog dengan anak. Ubah paradigma pola pengasuhan otoriter menjadi pendekatan dialogis. Lebih dengarkan keluhan anak, jangan terus menerus bertanya kepada anak soal kejadian pelecehan itu. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual kebanyakan orang tuanya otoriter, tidak mau mendengarkan pendapat anak.
4. Orang tua introspeksi diri dan jangan menyalahkan anak. Karena, anak berada di bawah perlindungan orang tuanya. Tarik kesimpulan, apa yang terjadi pada anak adalah kesalahan orang tua, sehingga dengan begitu kita tidak menyalahkan anak. Tanya pada diri sendiri, apa yang kurang saya lakukan sehingga anak mengalami hal tersebut. Apa yang sudah saya ajarkan kepada anak saya untuk perlindungan dirinya?
5. Minta bantuan psikolog. Perlu, jika anak sudah mengalami gangguan-gangguan psikologis, seperti ketakutan berlebihan hingga dihantui mimpi buruk.
Lindungi Anak Anda, Jangan Ada Rahasia
Jangan menunggu hingga anak mengalami pelecehan atau kekerasan seksual. Sebagai orang tua, setidaknya Anda tahu 4 Hal Ini Cegah Anak Alami Pelecehan Seksual.
Menurut Bunda Romy, orang tua harus mempersiapkan anak supaya tidak mengalami pelecehan seksual, dengan pendidikan seks dini. Bahkan, hal ini bisa dilakukan sejak anak usia balita. Jangan berpikir pendidikan seks adalah mengenai aktivitas seksual. Yang dimaksud pendidikan seks dini ini misalnya anak belajar mengenal anggota tubuhnya dan tahu cara melindunginya, dan area-area yang tidak boleh disentuh orang lain.
“Orang tua juga bertanggung jawab mengajarkan kemandirian, Misal, anak usia 5 tahun harusnya sudah mandiri membersihkan area genitalnya, tidak boleh ada orang lain yang menyentuhnya. Anak juga harus belajar untuk tidak merahasiakan apa pun kepada orang tuanya dan berani bicara ketika mengalami hal buruk. Dan, ketika anak melaporkan kejadian yang dialaminya, pujilah, jangan malah memarahinya atau membuat pertanyaan-pertanyaan menyudutkan anak, seolah-olah dia yang bersalah,” tegas Bunda Romy.