wanitaindonesia.co – Baru saja peraih emas Olimpiade Tokyo 2020 ini menyelesaikan masa karantina di hotel sepulang dari Tokyo, mereka langsung diundang ke Istana Bogor untuk menerima segala bentuk apresiasi dari negara, mulai dari jamuan makan hingga bonus miliaran rupiah. Tak berlebihan jika Greysia Polii dan Apriyani Rahayu menuai pujian dari sana-sini, berikut sederet bonus dari berbagai pihak. Sama seperti Taufik Hidayat, mereka mampu mengalungkan emas, meski di Olimpiade berstatus underdog, unseeded, atau tak diunggulkan.
Selain deretan hadiah, yang menarik dari pertemuan di Istana Bogor ini adalah Presiden Jokowi membeli sneakers baru dengan merek Fine Counsel. Ini jadi istimewa karena pemilik usaha adalah Greysia Polli. Seperti ditulis presiden di Instagram @jokowi ketika datang untuk menerima bonus, Greysia juga membawa sepatu produksinya. Sebuah sneakers yang dikerjakan oleh tangan-tangan terampil orang Indonesia sendiri, tapi berkualitas dunia. Diam-diam rupanya ia telah menyiapkan rencana masa depannya setelah nanti tak lagi mengayun raket.
Tapi, perjalanan karier bulutangkis pasangan ini masih panjang. Greyap (panggilan penggemar bulutangkis untuk pasangan ini), yang sudah harus meninggalkan keluarga untuk bergabung di pelatnas sejak usia belasan, dipasangkan pertama kali tahun 2017. Di tengah perjuangan untuk mencoba masuk ke dalam daftar unggulan, pasangan Jepang berdatangan dan dengan cepat menjadi pemain unggulan yang benar-benar sulit dikalahkan, termasuk oleh pasangan Cina. Belum lagi kompetisi dengan pemain Korea Selatan.
Tahun 2019 menjadi tahun yang berat bagi mereka. Sudah berjuang mati-matian, mereka kalah dan kalah lagi di berbagai pertandingan. Rasanya sulit sekali untuk bisa bergeser maju ke babak-babak penghujung. Greyap sampai tidak tahu lagi harus melakukan apa.
Bukan Greyap namanya kalau tidak ndableg, Mereka terus berlatih dengan keras mengikuti menu latihan yang disiapkan Coach Eng Hian. Dalam sebuah obrolan dengan mantan pemain Yuni Kartika, Apri mengungkapkan, latihan mereka sangat berat. “Capek, sih, Ci,” katanya, jujur. “Tapi, karena sudah mengalami hidup yang begitu berat, rasa capek saat latihan ataupun di lapangan jadi nggak ada apa-apanya.”
Awal 2020 perjuangan mereka mulai memperlihatkan hasil nyata. Satu kemenangan mereka petik dari ajang Indonesia Master. Saking senangnya, Apri tak berhenti berurai air mata, sampai-sampai Greysia melontarkan komentar sambil bercanda, “Waktu latihan nangis, sekarang sudah menang nangis juga. Maunya apa, sih?”.
Usai mendapatkan kemenangan berikut di ajang Spain Master, pandemi menghantam. Dalam kondisi karantina tertutup, di pelatnas mereka tetap menjalani latihan seperti biasa. Karena tak bisa mengukur efektivitas latihan dalam turnamen yang semuanya mendadak dibatalkan, mereka menyiapkan diri pada hal-hal non teknis.
“Kuncinya adalah harus saling dukung di lapangan dan luar lapangan. Karena saling percaya, maka kami jadi tahu bagaimana caranya untuk bertanggung jawab. Kak Ge akan bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan untuk saya. Saya juga melakukan hal yang sama. Kami juga harus saling mengerti. Ketika Kak Ge harus mempersiapkan diri menjelang pernikahannya, saya harus bisa memahami. Saya selalu percaya pada Kak Ge. Dia pasti akan berusaha yang terbaik,” kata Apri, mengutip obrolannya dengan Yuni di kanal YouTube.
Optimisme dan semangat juang selalu ditunjukkan oleh Greyap. Imelda Wigoena, mantan atlet yang juga mengasuh Apri di klub, menilai, saat melangkah ke arena pertandingan di babak final Olimpiade, mental juara sudah diperlihatkan oleh pasangan ini. Sikap positif yang mereka tunjukkan sejak awal penyisihan grup hingga babak final, juga tak lepas dari pengamatan atlet legendaris Denmark, Morten Frost Hansen. Senyum terus menghiasai wajah mereka, meski saat itu lawan yang mendapat poin. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sama sekali tak terintimidasi oleh lawan. Ketika membuat kesalahan, mereka cepat move on untuk merebut poin berikutnya.
Satu hal yang perlu dicatat dari Greyap adalah kerendahan hati. Saat berhasil mengalahkan lawan, mereka kemudian tak hanya berjabat erat, melainkan menyibak net dan memeluk pasangan lawan, membesarkan hati mereka. Kebiasaan ini pun mereka tunjukkan ketika menundukkan pasangan Korea Selatan Lee So Hee/Shin Seung Chan di babak semifinal dan pasangan Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota di babak penyisihan grup. Tak mengherankan, begitu turun dari podium, Greyap pun mendapatkan pelukan hangat dari peraih medali perunggu Kong Hee-yong dan menerima acungan jempol dari pemain Cina Chen Qing Chen.
Greyap tidak hanya menuliskan sejarah baru untuk sektor ganda putri, tapi juga bagi dunia bulutangkis Indonesia. Kemenangan mereka menandakan bahwa Indonesia pernah mendapatkan emas di semua sektor dalam pertandingan bulutangkis di Olimpiade. Selama ini hanya Cina yang mampu melakukannya. Dan, khusus sektor ganda putri, sepanjang sejarah Olimpiade, hanya unggulan satu dan dua yang selalu mendapatkan medali emas.
Namun, Eng Hian berpesan, jangan pernah puas. Ada emas-emas lain yang harus menjadi target mereka berikutnya.
Way to go, Girls! (wi)