wanitaindonesia.co – Di tengah industri kecantikan dan mode yang kini semakin inklusif, jeritan masyarakat marjinal akan kurangnya kesempatan dan pilih kasih di tanah air masih jelas terasa.
Bersaing Adil
“Kita cari wajah Papua yang biasa saja. Kamu terlalu cantik,” Olvah menirukan seorang talent scout yang menolaknya saat casting. Perkataan itu amat membekas di benak Olvah. Tebesit pertanyaan dalam benaknya, “Memangnya seharusnya orang Papua berwajah seperti apa?” Definisi kecantikan dan stereotype fisik yang sudah terlalu lama terbakukan, sudah waktunya ditantang untuk lebih bisa merangkul keberagaman yang ada.
“Sementara saat saya di New York mengikuti New York Fashion Week, banyak yang kaget saat mengetahui saya dari Indonesia,” lanjut Olvah. Ia lebih diduga wanita latin yang dikenal dengan rambut keriting mengembang dan kulit coklat keemasan.
Cantik sudah tentu relatif. Berbagai penolakan dan perlakuan berbeda yang dialami Olvah, membuatnya memiliki definisi kecantikan yang tak lagi soal fisik, “Saya selalu teringat pesan ibu, ‘kamu itu sudah cantik, jadilah orang yang juga cantik hatinya’. Buat saya penting cantik budi pekerti, dan kita tahu seberapa berharga nilai diri kita,” jelasnya.
Alis tebal, kulit gelap, rambut keriting, tulang wajah yang tegas, semuanya merupakan keunikan khas ras melanesia yang justru patut ditonjolkan sebagai identitas dan pesona diri. Kekuatan fisik yang tak lagi dilihat sebagai eksotisme semata, namun kebhinekaan Indonesia.
Kini Olvah aktif menyuarakan hambatan saudara-saudara Papua melalui media sosialnya. Hampir semua cerita pribadinya dalam berkarya dibagi melalui Aplikasi TikTok pribadinya ini telah ditonton lebih dari 2 juta viewers. Pengikut TikTok dan Instagramnya sudah memiliki lebih dari 232 ribu pengikut.
Ia kini mendapat banyak kesempatan bersuara perihal hambatan bagi orang muda di Indonesia Timur, sebagai motivasi bagi mereka untuk berjuang mengejar mimpinya. Memang sudah waktunya.
Di penghujung jumpa bersama Femina, wanita kelahiran Kaimana, 24 Maret 1990 ini berujar, “Representation matters. Jadi mohon berikan kesempatan dan sosialisasi, bahwa ada berbagai kegiatan yang dibuka untuk teman-teman di Indonesia timur untuk bisa berjuang adil di berbagai kompetisi, casting, dan lapangan pekerjaan,” Ia menyampaikan harapannya.
Sementara untuk saudara-saudaranya dari tanah Papua dan Indonesia Timur, Olvah ingin mereka lebih berani untuk memulai dan mengambil peluang. “Bermimpilah. Gagal itu biasa, tapi kita harus bangkit dan berkembang. Kita bisa bersaing. Kita tidak pernah tahu hasilnya bila kita belum mencoba.” (wi)