Wanitaindonesia.co – Virus corona varian delta terbukti sangat menular, sehingga kewaspadaan publik menjadi semakin tinggi. Belum usai urusan dengan varian tersebut, sekarang muncul varian delta plus, yang juga dikenal sebagai B.1.617.2.1 atau AY.1. Varian ini telah terdeteksi di lebih dari 11 negara, termasuk Indonesia, tepatnya di dua provinsi, yaitu Jambi dan Sulawesi Barat. Informasi tersebut telah dikonfirmasi oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Namun, tiga kasus positif COVID-19 yang terinfeksi varian delta plus di Indonesia sudah dinyatakan sembuh.
Apa sebenarnya perbedaan antara varian delta dan delta plus?
Delta plus merupakan turunan dari varian delta, yang mengalami mutasi tambahan, K417N, pada protein lonjakan virus. Protein tersebut memungkinkan terjadinya infeksi pada sel-sel sehat. Mutasi ini juga ditemukan pada varian beta dan gamma, yang pertama kali diidentifikasi oleh peneliti di Afrika Selatan dan Brasil.
Mengutip laman Kompas, gejala umum yang ditimbulkan oleh virus varian delta plus adalah batuk kering, kelelahan, dan demam. Pasien bergejala agak parah bisa mengalami sesak napas, sakit perut, ruam kulit, perubahan warna jari kaki, sakit tenggorokan, anosmia, dan sakit kepala.
Kepala peneliti WHO, Dr Soumya Swaminathan, menegaskan kembali, paling tidak varian delta dua kali lebih menular daripada varian lain. Ketika seseorang terpapar varian delta, kemungkinan besar ia juga menularkannya pada beberapa orang sekaligus. Dan, varian delta plus lebih berbahaya daripada varian delta dan lebih kebal terhadap obat-obatan. Hal ini terjadi karena varian delta plus memiliki mutasi lain. Namun, WHO menyebutkan bahwa varian tersebut hanya menyumbangkan sebagian kecil dari keseluruhan kasus.
Prof. Wiku Adisasmito, juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, mengatakan, pemerintah sedang menyiapkan rencana untuk mengantisipasi varian delta plus. Menurutnya, karena bukan makhluk hidup, virus hanya dapat memperbanyak diri pada inang yang hidup, misalnya manusia. Dalam proses memperbanyak diri, virus dapat bermutasi dan menghasilkan varian baru. Karena itu, cara terbaik adalah menghindari masuknya virus ke dalam tubuh dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Selain menerapkan aturan pembatasan mobilitas warga, pemerintah juga berusaha mencegah penularan varian delta plus dengan percepatan vaksinasi nasional. Prof. Wiku menegaskan, peluang terbentuknya varian baru COVID-19 pada orang yang sudah divaksinasi lebih rendah dibandingkan orang yang belum divaksin.
Siapa yang belum divaksin? Yuk, segera daftar ke sentra vaksinasi. (wi)